Design a site like this with WordPress.com
Get started

Biggest enemy in my head

Berbicara mengenai asal muasal eksistensi penyakit ini di diri sendiri, memang bisa didapat dan digali informasi awal kali ngerasa kena nya kapan tetapi kadang inakurasi dapat terjadi. Kalo pengalaman saya sendiri, ini sudah lama dari dulu, awal kali munculnya mungkin saat kelas 1 SMP dengan level yang ringan(timbul tenggelam) dan yang pasti disebabkan oleh banyak faktor yang saya gabisa ceritakan sekarang karena cukup disturbing untuk diungkapkan dan masa2 parahnya / fase peaknya adalah saat pertengahan kelas 2 SMA hingga sekarang. Itulah bukti empirik sejauh ini.

If i have to utter honest confession, sekolah masa SMP kelas 2 sampe sma kelas 2- kelas 3 yang bener2 berpengaruh kepada gejolak sifat dan pikiran ini, lingkungan sial itulah milestone dari semua ini . Tetapi tetap berusaha improve dari ini semua . Itu sebuah lingkungan neraka dan dikelilingi oleh social circle yang kejam dan cenderung memicu mental breakdown setiap hari . Image trauma di kepala ibarat pakaian putih yang ternodai banyak tinta spidol permanen dan ia membekas.

Sakitnya seperti dilempar batu banyak2 secara kolektif oleh sekeremunuan yang masif. Ini yang perlahan2 membentuk pola gejolak diatas . Andai tidak salah pilih sekolah. Saat saya menemui orang2 itu lagi dari sekolah lama (itulah kenapa saya reject acara2 alumni smp sma except SD no matter how much effort you take to approach me. Meski ada beberapa yang baik and it’s still acceptable for me) , well it’s not easy to forgive them , you’ve turned me into defective-being, diselimuti aura rebellious kala itu.

Seharusnya saya pilih smk saja kala itu karena kedepannya malah lebih mikir faktor dapat job dulu, sigh. Penyesalan datang diakhiran.

Rebellious yang controlable untungnya pas itu (kelas 2 – 3 sma), kalau ga terkontrol mungkin sudah berapa catatan kriminal yang saya punya.. Beruntung saya mengurungkan niat. Dari kejadian diatas , dulu saya jadi sangat maniak untuk melanggar hukum apapun tanpa adanya rasa takut terhadap aparat setempat tapi akhirnya berbuah penyesalan, seperti ada sensasi tersendiri . Ga hanya hukum, tapi targetin sebagian dari mereka2 ini juga tapi saya sempat tersadarkan oleh salah satu teman baik saya.Andai saja itu terjadi perhaps they’ve been in their grave now. Akan saya ingat kejadian diatas sebagai sumber deviasi sosial dalam keseharian kehidupan saya. Walau sebagian udah ter eksekusi sebagai perlampiasan , tapi aksi saya tidak terdeteksi untungnya. Kala itu saya hanya terfokus untuk aksi balas dendam yang lebih kejam saja tidak ada hal hal lainnya selain itu. Dan sorry temen temen SMA yang mengalami hal serupa dan sedang nyari jati diri dan cari perlampiasan malah terbawa arus dengan aksi2 saya kala itu. Sampai sekarang masih membekas lah auranya, jangan hancurkan batas kesabaran saya lagi. Saya gak akan segan segan. Saya cuna ingin jadi orang baik sekarang dengan membuang pengaruh2 sebelumnya.

Penyakit Ini menjadi momok menakutkan dan puncak kejayaannya umumnya saat fase remaja meskipun ‘ia’ gak mengenal dan tidak peduli akan batasan usia. Banyak faktor memilukan yang bisa memicu terjadinya fenomena ini dan mampu mengefek mental, gak hanya itu faktor genetik dan chemical imbalance kabarnya juga ada (ranah sains). ‘Pikiran yang menggangu’ itu menurut saya juga ibarat sebuah lembaran kertas yang ditulis terus menerus tanpa henti selama manusia itu sendiri masih bernapas. Tetapi kalo sampe ganggu berarti ia dominan nyerap hal2 negatif di kertas yang tertulis tersebut .Ia gak bisa disentuh secara fisik karena masuk ke ranah psikologis dan perasaan.

Ia(unbalanced mind atau arti sinonim lainnya) kayak membuat kabut di depan pandangan dan berupaya menutup dan merusak pelan2 proses berpikir jernih anda, menurut pengalaman gw ga nyaman banget inimah, so jangan harap bisa berpikir jernih setiap waktu , setiap menit bahkan setiap detik. Mirip dengan brain fog tetapi levelnya lebih kejam dan cukup berlangsung lama(banget). Yep , a next level long-lasting torment. Makes me unmotivated all time.

Perasaan sepi dan hampa yang mendominasi entah dalam lingkungan yang sepi maupun sedang berada ditengah tengah lautan manusia yang hilir mudik merupakan fenomena umum. Perasaan sepi memang cenderung ingin menyendiri , dibalik menyendiri itu terkandung suatu tujuan entah sekedar menenangkan diri , mencoba berdamai dengan penyakit ini,berkontemplasi sejenak, ingin ruang privasi atau sedang menutupi ciri-ciri penyakit ini yang terpicu ketika berada di ruang publik.Well sometimes we need a personality cover. We don’t want to make you uncomfortable. Sometimes we think ‘don’t bother on us to much, but we don’t fully refuse your care and your watchfullness ‘ . Kadang menyendiri seperti mendapatkan rasa damai & tentram .

Kalau dalam istilah pandemi covid , jika di dunia nyata penyakit ini memicu hasrat social distancing tapi bukan sesuai kemauan anda sendiri.. Tapi menurut saya lebih tepat disetir oleh artificial threat from your unbalanced-mind dari dalam kepala sendiri.Padahal aslinya ingin bersenda gurau dan berosialisasi. Menghilang sementara dari kebisingan dunia luar kadang serasa kayak menemukan surga walau didalam hati rasanya seperti sedang berjalan di api neraka. Mengenai kehampaan memang sangat terasa , semua aktivitas kadang terasa membosankan, hambar , tidak berarti, dull , dan kopong. Kadang saya merenungi ini kalau sudah kejadian. Kehampaan ini tak stabil untuk periode tertentu dan peluang munculnya pun random. Kehampaan juga melahirkan rasa kesia-siaan dan ketidakberhargaan , ibarat terus menerus melihat dari sisi gelap walau seberapa terangnya dan cemerlangnya diri anda entah mendapatkan apresiasi, pujian, keberhasilan ,dll yang bersifat positif dan penyemangat. Pujian dan keberhasilan di suatu titik waktu tertentu bahkan seperti tidak layak untuk didapatkan dan untuk apa itu semua. Rasanya hal tersebut hanya didapat dari kebetulan dan keberuntungan. Seperti berbeda dan sangat sial dibanding orang-orang lain dan Seperti sebuah pencapaian yang seharusnya tidak layak untuk digapai. Sisi gelap ini selalu mendominasi pengidapnya. Tetapi semua hal itu terasa semu dan serba salah. Sulit menyeimbangkannya.

Secara alami kepala merespon semua hal ini dan dengan sensasi nyut nyutan ekstrem pada keadaan dan waktu tertentu.

Tak kalah pikiran negatif dan paranoid ikut andil ‘arisan’ di dalam kepala. Karena kadang sudah terbiasa terhanyut dalam aksi diremehkan, pengalaman melihat kejadian tidak enak dari orang lain serta takut mengecewakan dan dikecewakan secara berlebihan serta takut akan penilaian2 terhadap pribadi diri sendiri yang buruk . Terkadang itu membuat takut untuk bertindak dan ujung ujungnya malah menyesal dan selalu menyalahkan diri sendiri serta memikirkan hal2 negatif setelah membuat suatu tindakan. Padahal mungkin tidak dilakukan hal seperti itu dari lingkungan sekitar nya. Betapa bangsatnya kekompakan dan sinergitas ‘parasit pikiran’ ini.

Entah apa ‘ produk produk pikiran ‘ selanjutnya yang akan dihasilkan oleh pikiran yang menganggu ini, ia akan terus membuat ‘SPAM’ di otak , ia hiperaktif sekali dan selalu mengaitkan dengan produk produk ‘unbalanced mind’ disaat sedang multitasking dengan tugas dunia nyata , nampaknya ia sangat produktif untuk menggangu di diri seseorang yang memiliki ‘dirinya’. Ia akan berusaha menganggu aktivitas harian. Ia sulit dikontrol. Ia akan terus beraksi tanpa persertujuan pemilik pikirannya. Kita gak bisa menyangkal dan terus menerka nerka serta mengorek dan melalukan studi lebih dalam misteri dan maksud kenapa desain pikiran dari pemberian sang ‘creator kehidupan’ ini demikian begitu adanya. Why it works that way?

Mengenai ‘produk’ yang dihasilkan oleh pikiran yang menggangu(dibaca : unbalanced mind), Diantaranya yang ‘best seller’ bagi saya adalah campur aduk Kesedihan,keterpurukkan,kecemasan, ketidakberhargaan ,pseudo-happiness, gloom , siklus2 mencari tahu jati diri dan maksud dari mengapa harus ada eksistensi hidup kayak gini dan maksud dasar terciptanya dan pelaksanaannya dari semuanya itu apa, bayang2 titik terendah, rasa tertutup ,mood swing tak-stabil, emosional ,keresahan, bayang2 traumatis dan gambaran2 jelek dari masa lalu, suara2 yang mengejek , suara2 jahat yang menjatuhkan dan serasa menjelaskan kembali hal jelek di masa lalu di dalam kepala yang entah darimana asalnya dan itu semua jadi 1 paket dan dijalankan secara rutin oleh bagian dari pikiran yang menggangu tersebut. Seperti sudah terprogram begitu aja. Gak lupa overthinking juga ikut berpesta dan menganggap dalam kepala sebagai rumah yang nyaman untuk disinggahi.

That’s why, maaf buat temen2 yang pernah ngalamin diri gw sering marah tiba2, ubah2 mood dan mengalami inconsistency tiba2, it’s hard to control this kind of evil in my head. I”ll do the best to maintain but Sometimes i’m overwhelmed.

Jika belum ada assist dari ahli/professional langsung , tanpa bantuan dari mereka mungkin yang dilakukan awal2 adalah bisa mencoba mencari tahu asal muasal timbulnya ini which is rada susah ya, lalu bisa dicatat /dituangkan di semacam diary uneg2nya sebagai pernyataan refleksif , reminder dan analisa di hari2 selanjutnya. Lalu mulai deh cari2 tipe coping untuk self help atau self healing yang tepat walau semuanya ga 100% mempan. Dan faktor lainnya juga bisa ditinjau mulai dari pola makan , kurangin waktu main sosmed, berusaha berpikir positif, berolahraga, pola tidur, mencoba bersikap lebih santai dan tips2 lainnya yang ada di internet menurut saya cukup berguna untuk sementara waktu.

Tapi dari pengalaman saya kalau sudah mengalami hal tsb berlarut2 dan tidak dikonsultasiin ke ahli/dokter professional khusus penanganan di bidang ini, sepertinya hal2 diatas efeknya hanya temporer saja. Serasa chance sembuhnya kecil sekali walau ada orang yang berhasil melewati fase2 ini, tapi perbandingan nya kecil mungkin bisa dibilang 2:1000 menurut saya saat mencoba menganalisa uneg2 orang2 yang mengalami seperti ini di grup2 tukar pendapat yang membahas penyakit ini.

Dan pandemi covid ini hanya memperburuk keadaan itu. Penjara batin + dipenjara oleh corona di kediaman adalah worst combo ever. Penjara menyiksa tanpa adanya catatan kriminal .(By the way thanks juga untuk band underground burgerkill yang udah buat lagu penjara batin)

Entah kenapa hal ini bisa bersemayam dalam pikiran , waktu pelan2 dibunuh untuk terfokus kepada respon penasaran setiap saat dan kejanggalan hal ini , seolah olah seluruh bagian otak dikuasai penuh oleh pikiran seperti ini dan seperti mengenal konsep power abuse /kekuasaan penuh untuk terus menimbulkan ‘fase depressed’ ini. Seandainya pikiran punya konsep restore point ke waktu sebelum seperti ini dan bisa diformat, mungkin saja hidup akan lebih indah. Tapi sayangnya ini ilmiah dan alami , gak seperti komputer yang bisa dilakukan hal seperti itu. Yang ada malah konsep turning-point kalo buat manusia mah.

For everyone who experienced such thing now at this time, seek aid from professional ASAP. Don’t hesitate. Better late than never. Dan hal ini bisa membunuh impian anda so don’t sacrifice your upcoming future. Jangan ada insan insan unbalanced mind lainnya dan jangan seperti yang saya alami.

Saya pun tak tahu sampai kapan bisa bertahan dalam lingkaran setan kaya gini… It’s a long battle but you’re forced neither quit nor exit the server or battle area.





One thought on “Biggest enemy in my head

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: